
"Tujuan lain yakni sebagi genderang perang bagi rentenir yang selama ini banyak menjerat pengusaha kecil di Banda Aceh. Dan yang terpenting karena sistemnya syariah akan menjauhkan pengusaha kita dari praktik riba dan sistem kapitalis," ungkapnya lagi.
Masih menurut Aminullah, prospek MMS pun sangat cerah. "Per tanggal 31 Mei 2019, aset MMS tercatat sebesar Rp 8,1 miliar, naik pesat dibandingkan dengan total aset per Mei 2018 sebesar Rp2,6 miliar. Pembiayaan yang disalurkan sebesar Rp4,8 miliar, kemudian dana pihak ketiga tercatat sebesar Rp4,8 miliar," rincinya.
Atas inovasi tersebut, dirinya selaku wali kota dan Pemko Banda Aceh diganjar beragam penghargaan oleh pemerintah pusat maupun pihak ketiga. "Ini yang tidak saya duga-duga, banyak sekali penghargaan karena keberadaan MMS ini. Semuanya saya anggap sebagai bonus saja, karena niat utama untuk menyejahterakan masyarakat," ujarnya.
"Adapun sejumlah penghargaan dimaksud antara lain Wali Kota Entrepreneur Award 2018 dari Innovation Network of Asia dan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi), dan Indonesia Innovation Award 2019 dari Asosiasi Pengusaha TIK Nasional," pungkasnya. Dia menyatakan siap untuk berbagi pengalaman soal pembentukan MMS kepada kabupaten/kota lain di Aceh.
Sosialisasi dan Seminar Lembaga Keuangan Syariah (LKS) di Sabang dihadiri oleh ratusan peserta dari unsur masyarakat, PNS, dan pengusaha UMKM. Setelah Sabang, MES Aceh akan melaksanakan roadshow seminar/sosialisasi LKS di kabupaten/kota lainnya di Aceh.
Hadir sebagai undangan pada acara yang di buka oleh Wali Kota Sabang Nazaruddin itu, Area Head Aceh Bank Mandiri Andre Antoni, Area Head Aceh Pegadaian Syariah Herry Hariawan, Pimpinan Bank Aceh Syariah Bob Rinaldi, dan sejumlah pejabat lainnya.[]