
HABADAILY.COM – Bentrokan besar terjadi di sejumlah titik di Bangladesh sepekan terakhir. Protes ini muncul dari sebagian besar mahasiswa terhadap kebijakan Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina soal peruntukan kuota pegawai negeri sipil di sana. Kebijakan itu telah memicu kerusuhan yang hingga kini kian meluas di negara tersebut.
Melansir AP News, Jumat (19/7/2024), para demonstran yang didominasi mahasiswa menuntut diakhirinya sistem perekrutan pegawai yang memberikan hingga 30 persen kuota khusus bagi keluarga veteran perang kemerdekaan Bangladesh tahun 1971 silam.
Sistem itu, dalam pemberitaan AP, dinilai demonstran sebagai kebijakan yang diskriminatif dan menguntungkan pendukung Perdana Menteri Sheikh Hasina, di mana partainya, Liga Awami (AL) terlibat memimpin gerakan kemerdekaan itu di masa silam. Mahasiswa lantas menuntut pemerintah menerapkan meritokrasi dalam mekanisme perekrutan pegawai.
Semula, bentrokan pecah di antara mahasiswa yang menolak kebijakan kuota tersebut dengan massa pro-pemerintah, yakni sayap mahasiswa Liga Awami yang dikenal sebagai Bangladesh Chhatra League (BCL) atau Liga Chhatra Bangladesh.
Seorang demonstran anti kebijakan pemerintah membeberkan, pihaknya menyesalkan tindakan massa pro-pemerintah yang membunuh pengunjuk rasa, namun di saat yang sama kepolisian tidak melakukan intervensi apapun untuk mencegah kejahatan tersebut.
Pelibatan aparat kepolisian dalam penanganan kerusuhan tersebut justru memperparah situasi. Laporan sementara yang dikutip dari Guardian, 100 lebih mahasiswa luka-luka, dan hingga kemarin (18/7/2024) tercatat 39 orang tewas. Media lainnya memberitakan jumlah korban tewas lebih beragam. Di sisi lain, Perdana Menteri Hasina menuding oposisi terlibat dalam memprovokasi kerusuhan tersebut.
Update terakhir sejauh ini, massa telah menyerang kantor penyiaran TV resmi pemerintah. Mereka menerobos gerbang dan membakar kantor tersebut. Saat ini, pemerintah telah memutus total sinyal internet di negara itu.