
Di desanya, lanjut dia, rumah bantuan pemerintah terkadang sama sekali tidak ditempati karena pemiliknya kalangan orang mampu. “Ada rumah bantuan yang rampung dibangun sekira 2 tahun lalu, tapi hingga sekarang belum ditempati. Sedangkan warga miskin seperti saya, tidak tersentuh bantuan tersebut,” lirih Jamilah.

Karena itu, dia meminta dinas terkait turun ke gampongnya untuk melihat langsung rumah bantuan Pemerintah Aceh yang tidak tepat sasaran. “Begitu juga dengan penegak hukum, lihat saja sendiri siapa saja yang mendapatkan rumah bantuan pemerintah?” sambungnya.
Jamilah juga mempertanyakan, sebenarnya untuk siapa bantuan rumah layak huni? “Kalau untuk orang miskin, kenapa kami diminta uang sampai Rp20 juta agar diberikan rumah bantuan? Kalau punya uang sebesar itu, tentu kami akan perbaiki rumah dan tidak lagi tinggal di gubuk semacam ini,” imbuhnya.
Sementara Keuchik Kapa Evendi mengakui di desanya ada rumah bantuan Pemerintah Aceh yang tidak pernah dihuni setelah 2 tahun dibangun. “Tapi saya tidak tahu siapa yang mengusulkan bantuan tersebut. Rumah tersebut juga dibangun sebelum saya menjabat keuchik di sini,” sebut keuchik yang akrab disapa Pak Pen ini.