
Fauzan Azima menceritakan, potensi konflik kerap berulang di sejumlah tempat, meski dalam waktu yang berbeda.
Ia menyebut beberapa tempat, seperti di Bur Lintang, Uyem Pepongoten, Cot Panglima, Wih Kanis, Wih Konyel, Tajuk Enang-Enang dan beberapa lokasi lain yang menjadi saksi bisu perang yang tak berkesudahan. Baik ketika masa penjajahan Belanda, berlanjut ke peristiwa DI/TII, peristiwa PKI, hingga yang terakhir konflik antara GAM dan Pemerintah RI.
“Maka besar harapan kita dengan momentum silaturahmi ini, di tempat-tempat tersebut tak berulang lagi jadi tempat kekerasan yang baru,” katanya penuh harap.
Untuk menguatkan perdamaian ini, kata Fauzan, para pihak harus mau duduk selantai untuk merumuskan kembali kebersamaan. “Berdiri sama tinggi untuk melihat masa lalu dan menentukan di masa depan agar damai selalu abadi di tanah Gayo kita,” katanya.
Di akhir sambutannya, Fauzan menyampaikan maaf kepada segenap warga Sedie Jadi atas peristiwa yang terjadi 21 tahun silam. “Kepada seluruh masyarakat Sedie Jadi, mulai hari ini saya berharap terima lah saya sebagai saudara, seperti saudara se-ayah dan se-ibu,” ucap Fauzan yang disambut tepuk tangan dan haru para hadirin.
Selain itu, Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setdakab Bener Meriah, drh Sofyan dalam sambutannya menyebutkan, silaturahmi ini sangat tepat, khususnya menyambut bulan suci Ramadhan yang tinggal hitungan hari.
“Silaturahmi kebangsaan ini penting guna memutus mata rantai kekerasan yang diakibatkan konflik masa lalu di Bener Meriah, dan Aceh pada umumnya,” ujar Sofyan.
Menurutnya, upaya merajut kohesi sosial antara para pihak yang dulu terlibat konflik ini merupakan hal yang sangat mulia. Sudah saatnya menuntaskan kesalahpahaman akibat konflik di masa lalu.
Pemkab Bener Meriah, lanjutnya, dalam hal ini mewakili negara ingin menunjukkan tanggung jawabnya untuk menjamin kondisi sosial masyarakat. Apalagi, pertemuan kali ini merupakan kelanjutan dari kesepakatan yang pernah terjalin pada tahun 2006, yakni Ikrar Musara Pakat Redelong antara pimpinan PETA dan GAM masa itu.
Ia mengaku terharu dengan sambutan yang disampaikan Fauzan Azima (mantan kombatan) dan Suterisno (perwakilan warga Sedie Jadi). Mengutip pernyataan kedua pihak, sudah saatnya masyarakat Bener Meriah menatap masa depan dengan damai, dan tidak lagi menoleh ke belakang.
“Mari menuju ke depan, mengupayakan perbaikan ekonomi, mari kokohkan kekompakan kita, perkuat tali persaudaraan, apalagi ini salah satu momentum yang paling baik menyambut bulan suci Ramadhan, maka kita dianjurkan untuk bermaaf-maafan,” harap Sofyan.
Sebelum kenduri bersama, kedua pihak (Fauzan Azima dan Suterisno) menjalani prosesi tepung tawar yang difasilitasi oleh pengurus Majelis Adat Gayo. Dalam proses tersebut, keduanya saling bersalaman dan berpelukan, serta mengucapkan ikrar bersama. Acara ini menjadi puncak dari rangkaian kegiatan silaturahmi kebangsaan di Sedie Jadi, dan diselingi dengan penyerahan santunan untuk sejumlah anak yatim.[]