Memutuskan Mata Rantai Konflik Lewat Silaturahmi Kebangsaan

March 29, 2022 - 19:54
Dua pihak yang selama ini berselisih (Fauzan Azima dan Suterisno) menjalani prosesi tepung tawar yang difasilitasi oleh pengurus Majelis Adat Gayo. Dalam proses tersebut, keduanya saling bersalaman dan berpelukan, serta mengucapkan ikrar bersama.
2 dari 3 halaman

 

JADI PEMBELAJARAN  

Selain itu, Hendra Saputra mengatakan, silaturahmi kebangsaan ini tindak lanjut dari kesepakatan pada Juli 2006 silam, bertajuk Ikrar Musara Pakat Redelong. Jika pada saat itu perdamaian terjadi antara elite GAM dan PETA, maka hari ini hal serupa diterapkan di tingkat komunitas masyarakat.

“Ini jadi kesempatan bagi kita merajut kembali kohesi sosial, terutama bagi kita yang tali persaudaraanya pernah terputus yang barangkali karena keragu-raguan kita masing-masing beberapa waktu lalu, maka hari ini mari kita hilangkan,” kata Hendra.

Ia juga mengatakan silaturahmi ini bisa terjalin berkat kebesaran hati kedua pihak (Fauzan Azima dan Suterisno) yang berkenan untuk duduk bersama dan saling memaafkan atas apa yang terjadi di masa lalu.

“Tanpa keduanya, maka acara ini tak akan terlaksana. Dua sosok penting ini yang telah mengukir sejarah penguatan perdamaian Aceh, khususnya di Gayo,” ucap Hendra.

Suterisno, mewakili warga Sedie Jadi dalam sambutannya berterima kasih pada Fauzan Azima, atas niatan bersama yang muncul untuk menempuh jalan silaturahmi ini. 

Menurut Suterisno, peristiwa Kresek sangat membekas di benak segenap tetua Kampung Sedie Jadi. Karena itu, silaturahmi kebangsaan yang diadakan hari ini menjadi momen penting dalam sejarah perdamaian di Gayo.

“Mari kita kenang peristiwa 21 tahun lalu itu dengan penuh harap, semoga hal serupa tak terulang lagi. Kita harus sependapat, seide, dan sepakat bahwa perselisihan di masa lalu harus segera diakhiri dengan berdamai, saling memaafkan,” kata Suterisno.

Ia mengatakan, apa yang hari ini terjalin, adalah bukti bahwa saling memaafkan itu bisa diwujudkan, Sedie Jadi menjadi daerah yang bisa dijadikan contoh, kita bisa buktikan bahwa ini bisa silaturahmi ini bisa terjalin dengan baik.

Sementara itu, tokoh mantan kombatan, Fauzan Azima mengungkapkan, perdamaian di Aceh, khususnya Tanoh Gayo, harus senantiasa dijaga. Perdamaian lah yang membangunkan semua pihak dari situasi keterpurukan seperti yang dialami di masa lalu.

“Kita para pihak yang pernah bertikai hendaknya menyadari hal ini. Jangan sampai muncul konflik, tak hanya antar elit politik, seluruh potensi yang bakal memantik kekerasan harus segera dituntaskan,” ujarnya.

Ia berharap perdamaian yang terjalin antar seluruh masyarakat di Gayo ibarat akar yang menguatkan batang pohon. “Sehingga tak ada angin kebencian dan dendam yang sanggup merobohkannya.”

© 2025 PT Haba Inter Media | All rights reserved.