Impian Tak Sampai Penghuni Gubuk Reyot di Bireuen

June 19, 2024 - 09:49
Jumiati di samping gubuknya yang sudah tak layak huni. [Habadaily/Adi Saleum]
2 dari 3 halaman

Sementara untuk bantuan rumah dari pemerintah, kata Jumiati, memang tidak bisa diharapkan karena tidak memiliki tanah sendiri. “Ini tanah wakaf (lokasi gubuknya), jadi tidak mungkin mendapatkan bantuan rumah dari pemerintah,” ungkap wanita ini dengan nada kecewa.

Menurutnya, semula keluarganya sempat mengharapkan bantuan stimulus rehab rumah.”Itu pun tidak bisa kami dapatkan karena pertapakan rumah kami di tanah wakaf,” sebut Jumiati.

Dia berharap, semoga saja ada dermawan yang bantu biaya memperbaiki atap dan dinding gubuk yang mereka tempati. “Kami hanya berharap, ada kalangan dermawan yang membantu mewujudkan impian kami ini. Selebihnya kami menyerahkan kepada Allah semata,” imbuh Jumiati.

Kakek Razali di gubuknya yang sudah reyot.

Kondisi serupa dialami Razali, warga Cot Jrat, Kecamatan Kota Juang, Bireuen. Kakek berusia 73 tahun ini tinggal sebatang kara di gubuk reyot berukuran sekira 3,5 x 2,5 meter. 

Kondisi gubuk tersebut terlihat jelas sangat jauh dari kategori layak huni. “Saya sudah mendiami gubuk ini sejak awal 2005, setelah tsunami Aceh,” ujar Razali

Selama itu pula, tutur dia, sudah banyak pihak yang mengecek kondisi tempat tinggalnya. “Namun, katanya tidak bisa dibantu karena tidak berkeluarga,” sebut kakek ini.

© 2025 PT Haba Inter Media | All rights reserved.