Hal tersebut, lanjut Ahmadriswan, jika dibandingkan dengan triwulan-IV 2023 (quarter-to-quarter), ekonomi Aceh mengalami kontraksi sebesar 6,44 persen.
Adapun, lapangan usaha yang mengalami kontraksi pertumbuhan yang cukup dalam di antaranya lapangan usaha konstruksi sebesar 19,61 persen, diikuti pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 9,67 persen, serta administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 6,74 persen.
"Di sisi lain, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha transportasi dan pergudangan sebesar 6,70 persen, diikuti jasa pendidikan sebesar 5,69 persen, serta Jasa Lainnya sebesar 3,80 persen," ungkapnya.
Struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Aceh menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku pada triwulan 1-2024 tidak menunjukkan perubahan berarti. Di mana, perekonomian Aceh masih didominasi oleh pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 31,65 persen, diikuti oleh perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 15,28 persen, administrasi pemerintahan sebesar 8,70 persen, konstruksi sebesar 8,32 persen, serta transportasi dan pergudangan sebesar 6,59 persen. Peranan kelima lapangan usaha tersebut dalam perekonomian Aceh mencapai 70,54 persen.
"Sementara itu, Komponen Impor Barang dan Jasa (yang merupakan faktor pengurang dalam PDRB menurut pengeluaran) juga tumbuh sebesar 11,82 persen," jelasnya.