Ketua Majelis Seniman Aceh, Yan Kande secara pribadi menguak keheningan ruang diskursus berkesenian, Yan juga membuka acara FGD bertajuk 'Merajut Kebersamaan Membangun Kesenian mewakili panitia yang telah menyiapkan FGD sepekan sebelumnya.
"Inisiatif berbagai pihak terhadap ide dan niatan kita kongkritkan melalui terlaksananya FGD, berbagai usulan kita tampung dan jadi bahan rekomendasi atas nama FGD, pada tahap lanjut, para pihak juga diminta terus terlibat mengawal dan menjembatani kelanjutan FGD mendatang, bahkan tadi disepakati rekomendasi hasil FGD bakal diteruskan kepada berbagai saluran yang tepat, bisa saja kepada dinas terkait bahkan langsung saja mengundang PJ Gubernur Aceh untuk mendengar dan memaknai langsung segala soalan yang kini dihadapi kalangan seniman di Aceh," papar Yan Kande.
"Beberapa argumen harus diulang, persoalan 30 tahun lalu padahal, saya menekankan pentingnya regulasi, soal personal sebagai seniman, menurut saya itu tanggung jawab masing-masing diri si seniman, terlepas dari semua itu, sudah saatnya momentum mempertanyakan fungsi lembaga formal terhadap kemajuan kesenian kita di Aceh, jika lembaga semacam dinas itu tak ada manfaat, jika perlu, pada titik ini disepakati saja untuk dihapus-bubarkan!," ungkap Seniman Aceh, Din Saja.
Pemantik FGD, Ampun Yan dalam sesinya memaparkan pentingnya cara pandang masa depan karya seni, baginya berkarya dan mampu membuktikan nilai 'jual' karya jugalah urgensi sekaligus gengsi, dari hal ini menurutnya, pemerintah akan menilai sendiri kepatutan para seniman di Aceh, pilihannya justru pada karya dan kiprah berkesenian sebagai jawaban beragam tantangan masa depan kesenian kita.
"Sungguh aneh jika bergantung pada lembaga struktural yang kadangkala tiap 2 tahun sekali berganti-ganti orang mengurus program seni di dinas, karena itu, pilihannya bukan pada keberadaan dinas atau pemerintah dalam arti potensi utama berkiprah di bidang seni, kita sebagai seniman patut membawa konsep nilai kemandirian, meski betapa pentingnya lembaga formal itu, namun kepercayaan diri seniman memiliki nilai jual tersendiri, artinya untuk dilirik, seniman perlu eksistensi kekaryaan yang mampu menembus batas dan ruang, termasuk dalam soal anggaran," papar Ampon Yan.
Beberapa peserta turut berdialog mengutarakan persoalan dari tantangan berkesenian, luasnya masalah yang dianggap membawa dampak pasang surutnya suasana berkesenian di Aceh.
Di akhir FGD disepakati lanjutan tahap lanjutan, panitia bermaksud ke depan akan mengundang para pihak yang dianggap patut mendengarkan secara bermuka-muka terkait apa dan bagaimana tantangan dan perkembangan seni budaya di Aceh masa kini termasuk dengan pihak eksekutif di pemerintahan, legislatif juga para tokoh seni Aceh yang dalam kesempatan FGD perdana belum berkesempatan hadir.