Berharap Bantuan Rumah Layak Huni
Mimpi Tak Sampai Janda Miskin di Peusangan Selatan

Apalagi bila sedang angin kencang, lirihnya, mereka selalu khawatir kalau rumahnya akan roboh atau diterbangkan angin. “Dinding rumah juga sudah harus disokong dengan batang pohon pinang agar tidak roboh,” paparnya.
Sementara mencukupi kebutuhan sehari-hari, kata Muhammad Saleh, Nekti hanya menunggu ajakan warga sekitar untuk bekerja harian dengan upah seadanya. “Terkadang mendapatkan upah Rp50 ribu dalam sehari. Itupun bila ada warga yang membutuhkan jasanya,” sebutnya.
Menurut Muhammad Saleh, selama ini Nekti sangat mengharapkan bantuan rumah layak huni. “Semoga ada kalangan pemerintah yang menaruh perhatian pada mertua saya ini. Beliau sangat mengaharapkan uluran tangan pemerintah atau dermawan lainnya yang mau mewujudkan mimpinya tinggal di rumah layak huni,” papar Muhammad Saleh.
Sebagai persyaratan mendapatkan rumah bantuan, sebut dia, mertuanya sudah membeli sepetak tanah setelah mengumpulkan uang bertahun-tahun. “Semoga mimpinya dapat terwujud, sebelum beliau dipanggil Sang Khalik,” lirih Muhammad Saleh, penuh harap.[]