SuKAT Gelar Buka Puasa Bersama dan Tadarus Seni, Bahas Arah Kebudayaan Aceh

March 10, 2025 - 19:29
Seniman, budayawan, pelaku budaya, serta organisasi kesenian dan kebudayaan di Aceh yang tergabung dalam Suara untuk Kebudayaan Aceh Terarah (SuKAT) mengadakan acara buka puasa bersama dan mengikuti Tadarus Seni di Telaga Art Space, Lambhuk, Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh, Minggu (9/3/2025) malam. (Foto: Untuk Habadaily.com)

HABADAILY.COM - Seniman, budayawan, pelaku budaya, serta organisasi kesenian dan kebudayaan di Aceh yang tergabung dalam Suara untuk Kebudayaan Aceh Terarah (SuKAT) mengadakan acara buka puasa bersama dan mengikuti Tadarus Seni di Telaga Art Space, Lambhuk, Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh, Minggu (9/3/2025) malam.

Tadarus Seni, acara rutin bulanan di bulan Ramadan, kali ini mengangkat tema "Membaca Ulang Arah Kebudayaan Aceh". Tema ini dipilih bertepatan dengan momen buka puasa bersama ekosistem SuKAT di Telaga Art Space.

Acara ini menghadirkan sastrawan Aceh, Azhari Aiyub, dan pegiat sosial, budaya, dan politik, M Taufik Abda, sebagai narasumber. Azhari Aiyub dalam paparannya mengungkapkan bahwa pembicaraan mengenai arah kebudayaan Indonesia telah dimulai oleh pemuda dan pemudi Indonesia sejak tahun 1920, jauh sebelum Indonesia merdeka.

Namun, di Aceh, diskusi mengenai haluan atau arah kebudayaan Aceh belum mengakar. Arah kebudayaan Aceh cenderung mengikuti ketetapan pemerintah pusat tanpa melibatkan partisipasi aktif dari pelaku budaya Aceh.

"Oleh karena itu, teman-teman saya berpendapat bahwa dalam RPJM pun tidak ada pembahasan mengenai hal ini, karena sejak awal gagasan ini tidak pernah dibicarakan. Maka, penting untuk merumuskan dan mendiskusikan kembali mengenai arah kebudayaan Aceh," kata Azhari pada Minggu (9/3/2025).

M Taufik Abda menambahkan, sebagai seseorang yang berkecimpung di bidang adat di Aceh, ia sepakat bahwa esensi kebudayaan berkaitan erat dengan tiga dimensi: Tuhan, alam, dan manusia, dalam kerangka paradigma tauhid.

"Setiap saat, kita akan berhubungan dengan dimensi ketuhanan, alam, dan manusia. Seperti hari ini, kita bertemu dalam sebuah ruang dan berinteraksi sebagai sesama yang mungkin gelisah dengan dinamika sosial budaya, khususnya terkait arah kebudayaan Aceh saat ini," jelasnya.

Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya peta jalan (roadmap) dalam menentukan arah kebudayaan Aceh. Roadmap ini diperlukan agar kebudayaan Aceh tidak hanya terfokus pada isu RPJM, yang hanya merupakan salah satu model integrasi konsep dan panduan kebudayaan dalam dokumen kebijakan.

"Semoga tadarus ini menjadi titik temu bagi kita dari berbagai komunitas untuk menyusun draf roadmap atau peta jalan. Tanpa kejelasan tujuan, kita khawatir tidak akan pernah sampai. Tujuan inilah yang perlu kita diskusikan, ke mana arah kebudayaan Aceh dalam lima hingga 20 tahun ke depan," pungkasnya. 

Penulis: Sammy untuk Habadaily.com
Editor: Suryadi

© 2025 PT Haba Inter Media | All rights reserved.