Belajar Wisata dari Masyarakat Thailand

November 25, 2018 - 11:58

HABADAILY.COM - Siapa yang tidak tahu Thailand, negara berkembang yang menjadi idaman bagi para penikmat wisata?

Thailand merupakan sebuah negara tropis yang terletak di Asia Tenggara, satu regional dengan Indonesia. Negara ini tidak hanya terkenal dengan hasil pertaniannya yang bagus, tetapi juga pariwisata yang populer hingga mancanegara. Kepopuleran wisata yang ditawarkan Thailand bahkan menjadikannya sebagai lokasi syuting beberapa film Hollywood seperti "the Beach", "the Impossible" bahkan "Rambo".

Padahal, Thailand juga merasakan tsunami seperti Aceh pada 26 Desember 2004 lalu. Namun, pantai-pantai yang pernah hancur diterjang bencana itu kini telah ditata sedemikian rupa dan indah dipandang mata. Sebut saja di antaranya Phuket, Pattaya, Phi-Phi Island dan Bangkok. Kini, pantai-pantai itu terdengar tidak asing bagi pelancong dari berbagai negara.

Di Thailand, wisatawan akan dimanjakan oleh keelokan alam dan dipadu dengan berbagai kuliner khas yang menggugah selera. Wisatawan juga dengan mudah mendapatkan akses informasi maupun transportasi, bila berada di negara ini. Thailand yang mayoritas masyarakatnya beragama Budha juga memiliki paket wisata syariah bagi wisatawan muslim yang berkunjung.

Bagaimana Pariwisata Thailand bisa sangat maju? 

Pada Juli 2017 lalu, saya mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi Phattalung dan Songkhla, provinsi yang terletak di Thailand bagian selatan untuk mengikuti Agri-relationship of Asian Universities Network di Thaksin University. Kunjungan ini saya lakukan bersama mahasiswa asal beberapa perguruan tinggi dari Indonesia, Thailand, Malaysia dan Jepang. 

Pariwisata di kedua provinsi ini tidak sepopuler yang telah saya sebutkan sebelumnya, tetapi disini kita juga akan menemukan banyak wisatawan asal mancanegara, terutama di Kota Hatyai yang merupakan kota terbesar di Thailand bagian selatan dan tentunya masuk lima besar di seluruh daratan Thailand.

Di Phattalung, kami mengunjungi berbagai fasilitas pertanian, perikanan, peternakan dan industri yang berhubungan dengan ketiganya sebagai studi bagi peserta. Namun, kegiatan yang paling ditunggu tetaplah berwisata. 

Selama dua pekan, kami diajak ke berbagai lokasi wisata di Phattalung seperti belanja di pasar tradisional Kwanjai Bamboo Garden yang dikelilingi pohon bambu, menikmati Thale Noi yang memiliki hamparan bunga teratai yang mekar di pagi hari, menjelajahi taman nasional yang ditumbuhi berbagai flora khas negara tropis, mengunjungi kuil Budha untuk melihatnya lebih dekat, sampai ikut arung jeram mengarungi sungai yang jernih.

Tidak hanya Phattalung, di Songkhla dan Hatyai kami juga diajak untuk menikmati pantai Samila yang terkenal dengan patung putri duyung, serta mempelajari perpaduan budaya etnis Thai dan etnis Melayu di Southern Thai Forklore museum yang terletak di atas perbukitan. 

Selain itu, kami juga diajak untuk mencoba berbagai makanan khas Thailand setiap harinya. Kami bahkan diajari cara membuat salah satu makanan khasnya, yaitu Chor Muang. 

Sejatinya Indonesia dan Thailand merupakan dua negara di Asia Tenggara yang memiliki potensi wisata yang besar. Apalagi Indonesia dengan ribuan pulau yang berbeda suku, bahasa, adat, alam dan agama, tentunya menjadi aset besar negara untuk menjadi destinasi wisata dunia. 

Lalu berbicara tentang Aceh yang juga memiliki potensi besar dalam wisata dengan branding "The Light of Aceh", tentunya menjadi modal besar dalam mewuudkan hal ini.

Apa yang membuat Thailand berbeda? 

Pemerintah dan masyarakat merupakan satu kesatuan dalam bahu membahu mengembangkan pariwisata. Kita tidak akan menemukan sampah yang berserakan di lokasi wisata hingga kota di Phattalung dan Songkhla. Masyarakatnya memiliki kesadaran bahwa sampah adalah tanggung jawab masing-masing. 

Kebersihan lingkungan tersebut juga terlihat di pasar tradisional sekelas Kwanjai Bamboo Garden. Tempat ini merupakan surga kuliner karena semua makanan tradisional yang memanjakan lidah dapat dinikmati di sini. 

Meskipun ramai dikunjungi wisatawan, Kwanjai Bamboo Garden tak serta merta menjadi kumuh atau jorok. Pasanya pemerintah setempat telah menyediakan tempat sampah di setiap sudut pasar yang mudah ditemui pengunjung. Kebersihan pasar ini membuat pengunjung menjadi enggan untuk membuang sampah sembarangan. 

Kita juga akan dibuat kagum dengan kebersihan rumah sampai kebun warga. Semuanya terlihat terpelihara dengan baik dan teratur sehingga membuat nyaman berada di dalamnya. Masyarakat setempat juga memiliki wawasan pengelolaan sampah yang baik dengan menjadikan sampah organik sebagai kompos dan memisahkannya dengan sampah nonorganik. 

Tidak hanya itu, pertanian di Phattalung juga telah menggunakan mesin pencacah serasah tanaman yang hasilnya akan digunakan sebagai pupuk organik.

Selain kebersihan, karakter masyarakat Thailand yang terbuka menjadikan wisatawan yang datang menjadi lebih nyaman. Masyarakatnya yang ramah dan suka tersenyum membuat negara ini dikenal sebagai “The Land of the Smile”. 

Sebagai negara Asia yang menggunakan bahasa Thai menjadi bahasa nasional, sebagian besar masyarakat Thailand tidak bisa berbahasa Inggris dengan baik, kecuali di beberapa tempat seperti lokasi wisata. Meskipun minim yang menguasai bahasa asing, tetapi tidak membuat masyarakat Thailand acuh tak acuh terhadap wisatawan. Mereka tetap berupaya berkomunikasi dengan pengunjung meskipun harus menggunakan bahasa isyarat atau bahasa tubuh, dan juga menggunakan teknologi Google Translate.

Satu lagi yang dapat dipelajari dalam peran masyarakat bagi kemajuan wisata Thailand, yaitu keharmonisan adat dan agama yang menyatu dengan keindahan alam. Ya, Thailand merupakan negara yang didominasi penganut Budha, yang dianut oleh bangsa Thai. Sementara di wilayah selatan seperti Pattani, Yala dan Narathiwat, banyak penduduk Thailand yang berasal dari bangsa Melayu dan menganut Islam. 

Berbicara tentang Phattalung yang mayoritasnya Budha, Kuil Budha tentunya dapat ditemui di berbagai sudut provinsi. Semua kuil di provinsi ini terjaga dengan baik dan bersih. Kesan unik dari arsitekturnya juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Hal ini tentu menjadi sisi lain dari Thailand.

Melihat Thailand yang sudah maju dengan pariwisatanya, sudah saatnya Aceh juga menapaki kemajuan yang serupa. Apalagi karakter masyarakat Aceh yang ramah menjadi daya tarik pariwisata. 

Di sisi lain, syariat Islam sebagai bagian dari nafas masyarakat Aceh juga memberi warna tersendiri bagi pariwisata. Kini Aceh terus berbenah untuk menjadi lebih berkembang dari berbagai infrastruktur, termasuk sarana dan prasarana di lokasi wisata. Dengan terus bertambahnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan kota, tentunya Aceh juga bisa seperti Thailand, bahkan lebih jauh.[boy]

Penulis adalah Mulkan Kautsar, Duta Wisata Bireuen dan Duta Wisata Aceh Intelegensia 2018.

© 2025 PT Haba Inter Media | All rights reserved.