
"Tujuan utamanya adalah memanfaatkan potensi lokal daun kecombrang atau Etlingera elatior yang melimpah, sebagai alternatif larvasida yang lebih ramah lingkungan," kata drh. Lian, Jumat (17/10/2025).
Kata drh. Lian, sebelum praktik pembuatan larvasida, peserta mendapatkan penyuluhan mengenai penyakit miasis, strategi pengendalian, serta pentingnya higiene dan sanitasi kandang. Pelatihan teknis pembuatan larvasida—mulai dari ekstraksi, formulasi, hingga aplikasi dipandu oleh Nura.
Masyarakat menunjukkan antusiasme tinggi, dan kegiatan diakhiri dengan serah terima alat produksi sederhana. Mereka berharap inovasi ini dapat dikembangkan menjadi usaha mikro di bidang kesehatan ternak.
Dekan FKH USK, Teuku Reza Ferasyi, menyebut program ini sebagai implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi yang fokus pada peningkatan kesehatan ternak dan mendorong ekonomi produktif berbasis biopestisida lokal.