Penggunaan Media Sosial dapat Berdampak Buruk bagi Kesehatan Mental Remaja

May 25, 2024 - 13:01
Ilustrasi: Penggunaan Media Sosial dapat Berdampak Buruk bagi Kesehatan Mental Remaja. (Foto: baktinews)

Penggunaan Media Sosial dapat Berdampak Buruk bagi Kesehatan Mental Remaja

Oleh: Cut Putri 
(Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Syiah Kuala)

Di zaman yang serba digital ini, tentu kita tidak akan asing lagi dengan yang namanya media sosial. Media sosial ini memungkinkan penggunanya untuk saling berinteraksi satu dengan lainnya secara virtual. Media sosial merupakan media yang digunakan untuk bersosialisasi satu sama lainnya secara online. Kelompok remaja merupakan salah satu pengguna media sosial terbanyak.

Seperti sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2015, yang dilakukan pada lebih dari 2.000 remaja yang berusia 13 hingga 17 tahun, ditemukan bahwa sebanyak 92% remaja menggunakan media sosial secara teratur, termasuk secara online, serta sebanyak 25% melaporkan penggunaan harian.

Kehadiran media sosial memang memberikan kemudahan dan cara baru dalam berkomunikasi. Namun, penggunaan media sosial ini tidak akan terlepas dari dampak negative apabila tidak bijak dalam penggunaannya.

Salah satunya penggunaan media sosial akan berpengaruh pada kesehatan mental remaja. Nah, lalu bagaimanakah media sosial dampak berdampak buruk bagi kesehatan mental remaja?

Seperti yang disampaikan oleh Septiana bahwa media sosial menimbulkan kecanduan hingga menyebabkan psikologis berisiko terkena kesehatan mental (Septiana,2021). Penggunaan dari media sosial memiliki dampak yang tidak seharusnya, kecemasan, stress, depresi hingga kesepian yang menjadi fenomena generasi muda yang memberikan kesehatan mental (Al Yasin et al., 2022; Bashir & Bhat 2017).

Tentunya ini menjadi suatu permasalahan yang serius. Bagaimana tidak, seperti halnya depresi yang apabila yang terus bertahan lama, terlebih dengan intesitas yang berat akan membuat orang yang terkena mengalami kesulitan dalam pekerjaan, sekolah dan keluarga, bahkan berakibat bunuh diri. Bunuh diri menjadi penyebab kematian urutan kedua pada remaja usia 15-29 tahun, (WHO,2018).

Hal tersebut dapat terjadi akibat perbandingan sosial, membandingkan diri sendiri dengan orang lain yang dilihat melalui media sosial dan melakukan penilaian terhadap diri sendiri. Saat menelusuri media sosial orang lain, mereka sering membuat perbandingan seperti,
“Andai saya secantik dia”, atau “Apakah saya bisa menjadi seperti dia?”, mereka terus membandingkan dirinya dengan apa yang dia lihat dan tanpa disadari juga merendahkan diri sendiri. Hal ini akan berakibat pada penurunan terhadap penerimaan diri, menganggap diri
tidak lebih baik dari orang lain.

Tak jarang orang membandingkan dirinya dengan orang yang berada diatasnya, remaja yang membandingkan dirinya dengan seseorang yang dianggapnya lebih baik, sehingga membuat dirinya merasa tidak enak (Nugraha et al., 2023).

Melalui media sosial orang-orang berlomba-lomba untuk memberikan konten terbaik mereka, membagikan momen kebahagian dengan keluarga, pasangan, teman-teman dan lainnya.

Melihat sisi sempurna yang sering ditampilkan dimedia sosial membuat para remaja merasa tertekan, yang pada akhirnya menimbulkan kecemasan dan perasaan rendah diri.

Media sosial juga membuat seseorang memiliki rasa kekhawatiran akan ketertinggalan suatu informasi atau trend, yang dikenal dengan istilah FOMO. Rasa FOMO ini menjadikan remaja merasa takut dianggap kurang gaul karena tidak mengikuti trend atau mengetahui informasi terbaru yang ditampilkan di media sosial. Disaat yang lain memposting suatu kegiatan yang menyenangkan di media sosialnya, maka dia juga merasa harus melakukan dan memposting hal yang sama agar dianggap tidak ketinggalan. Hal ini akan menyebabkan remaja merasa cemas dan rendah diri.

Dalam media sosial juga seseorang dapat dengan mudah memberikan komentar pada konten orang lain. Tak jarang juga ditemukan komentar-komentar yang kasar, bersifat menjatuhkan, pembulian hingga pelecehan online.

Remaja yang aktif dalam media sosial rentan menjadi korban, pembulian, ancaman dan pelecehan. Tanpa disadari, hal tersebut akan berdampak pada mental dan kemampuan intelektual remaja.

Oleh karena itu perlunya ditingkatkan kesadaran dalam mengurangi dampak negative penggunaan media bagi kesehatan mental remaja. Seperti meningkatkan kesadaran remaja akan tanggung jawab dalam penggunaan media sosial serta mengembangkan keterampilan literasi media.

Sumber:

Nugraha, A. F., Nasichah, Sholeh, F., & Al- Ghifari, M. Z. (2023). ANALISIS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL TERHADAP KESEHATAN MENTAL REMAJA MASJID DI BINTARO. Jurnal Ilmu Kesehatan, 1(5), 21–30. https://doi.org/10.5455/mnj.v1i2.644

Patricia, A. C., Januarti, E., Yaqin, M. R. ngainul, Wulansari, P. C., Susanti, R. I., Syarifah, R. S., Adhiana, S., & Nugraha, J. T. (2024). Pengaruh Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental. Jurnal Citra Pendidikan (JCP), 4(1), 1495–1503. https://doi.org/https://doi.org/10.38048/jcp.v4i1.2988

Purwono, Dewa, B. P., & Lutviana. (2024). Edukasi Pentingnya Kesehatan Mental dalam Era Teknologi pada Remaja Desa Tlaga Kecamatan Gumelar. 3(1). https://doi.org/10.35960/pimas.v3i1.1305

Editor: Suryadi

Tulisan ini dari Cut Putri, Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USK, yang sedang menempuh mata kuliah Isu komunikasi Global Kontemporer, Dosen pengampu bapak Rahmat Saleh, S.Sos., M.Comn. di Haba Daily sebagai syarat mengikuti tugas UAS.

© 2025 PT Haba Inter Media | All rights reserved.