
HABADAILY.COM - Lu Guang seorang fotografer dokumenter dilaporkan menghilang sejak lima pekan lalu. Hingga saat ini, nasib warga New York asal Tiongkok tersebut belum diketahui setelah dinas keamanan China sekitar 3 November 2018.
"Selama lima minggu, dunia tidak tahu di mana Lu Guang berada," tulis Robert Y. Ikrar, editor sekaligus kurator dan salah satu pendiri dari Contact Press Images, agensi foto jurnalistik, di The New York Times, Jumat (08/12/2018).
Robert mengatakan Lu Guang telah menjadi temannya selama lebih dari 15 tahun. Robert bangga karena agensi yang didirikannya telah mendistribusikan karya-karya Lu Guang selama ini.
"Kami pertama kali bertemu di Beijing pada 2002. Dia sudah menjadi fotografer dokumenter yang terkenal dan mendapat banyak penghargaan di negaranya, dan dia akan segera memenangkan banyak penghargaan internasional, termasuk beberapa yang paling bergengsi di dunia," kata Robert lagi.
Lima minggu lalu, kata Robert, Lu Guang mendapat undangan perjalanan ke Urumqi, ibu kota regional Xinjiang, di Cina Barat. Di sana, Lu Guang diminta untuk mempresentasikan teknik fotografi dalam lokakarya informal yang berlangsung selama sepekan. Kegiatan ini turut dihadiri para fotografer lokal di China.
"Pemerintah Cina telah melakukan apa yang digambarkannya sebagai kampanye antiterorisme skala besar di Xinjiang, dengan sasaran kelompok etnis Uighur," tuli Robert lagi.
Menurut sumber setempat, dinas keamanan menahan Lu Guang, bersama dengan tuan rumah setempat, sekitar 3 November. Dia seharusnya bepergian satu atau dua hari kemudian ke Provinsi Sichuan, di mana dia secara teratur melakukan kegiatan amal. Namun, Lu Guan tidak pernah sampai ke jadwal tersebut.
Lu Guang tinggal bersama istrinya, Xu Xiaoli, dan putra mereka, Michael, di New York. Dia merupakan penduduk tetap Amerika Serikat.
Menurut Robert, istri Lu Guang, Xu Xiaoli telah mencoba beberapa kali mengonfirmasi keberadaan suaminya. Dia juga menanyakan kondisi kesehatan Lu Guang kepada pihak berwenang China, dan membangun komunikasi dengan pejabat di Xianjing serta Zhejiang, provinsi kelahiran Lu Guang. Namun, hingga saat ini pihak berwenang Cina belum menanggapinya.
Robert menyebutkan Lu Guang seorang warga negara yang bersifat sosial. Dia bekerja hampir di seluruh Tiongkok untuk urusan linguistik dan budaya. "Foto-fotonya menggambarkan beberapa sisi kehidupan keras di China, AIDS, perusakan lingkungan, polusi dan kemiskinan," kata Robert lagi.
"Ia percaya, dalam tradisi esai Amerika bahwa fotografi “adalah suara kecil” yang dapat membantu mengubah dunia. Kami berharap bahwa dia akan segera dikembalikan kepada kami, dengan selamat," pungkas Robert.[boy/nytimes]