HABADAILY.COM - Ketua DPD Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kabupaten Nagan Raya, Yuslan Thamrin, menilai harga Tandan Buah Segar (TBS) di tingkat petani masih terjadi ketimpangan.
Menurutnya hal ini mesti jadi perhatian Pemkab Nagan Raya maupun Dinas Perkebunan Nagan Raya.
"Kita dari Apkasindo terus menyuarakan ketimpangan harga TBS petani ini," ujar Yuslan, Selasa (18/6/2024).
Ia menjelaskan, harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) naik terus, tapi harga TBS di petani cuma di kisaran Rp2.080 sampai Rp2.100 per Kg.
"Itu harga TBS di tingkat Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) di Nagan Raya. Dari dahulu sampai sekarang ya begitu aja situasinya, harga CPO meroket," ujarnya.
Sebagai petani kecil, kata dia, para petani hanya bisa mengelus dada, menduga kenapa hal itu bisa terjadi selama bertahun-tahun.
Pihaknya menduga ada permainan harga oleh para mafia TBS di Nagan Raya. Yuslan mengingatkan agar Pemkab Nagan Raya tidak hanya berdiam diri.
"Dinas Perkebunan seharusnya bersuara, seharusnya turun ke lapangan. Kalau perlu libatkan aparat penegak hukum (APH) untuk mengusut permainan harga TBS ini," pinta Yuslan.
Hal itu menurutnya tidak mustahil dilakukan. Apalagi jika mengingat konsekuensinya terhadap kesejahteraan petani sawit dan kondisi ekonomi di Nagan Raya.
Ia lalu mencontohkan Pemerintah Provinsi Aceh yang berhasil melibatkan APH dalam urusan harga TBS, sehingga petani sawit swadaya bisa menuai untung karena harga TBS mulai terdongkrak.
"Saya akan terus bersuara, saya akan terus berjuang agar persoalan ini menjadi perhatian Pemkab Nagan Raya. Kami ingin keadilan pada harga pembelian TBS," ungkapnya.
Ia menambahkan, di Aceh kebun sawit terluas berada di Nagan Raya. Begitu juga lokasi terbanyak PMKS-nya, juga di Nagan Raya. Tapi ia menilai pemerintah tidak bisa mengangkat derajat petani setara dengan kabupaten lain.
"Apa salahnya dihargai di bayar Rp2.400/kg," ucapnya. []