Medya Hus Seniman Yang Menghidupkan Seni Tutur Aceh di Era Digital

August 13, 2022 - 15:04
Syeh Medya Hus Menghidupkan Seni Tutur Aceh di Era Digital. (Foto: Medya Hus untuk Habadaily.com)
1 dari 3 halaman

Syeh Medya Hus menyunggingkan sebuah senyuman dari mulutnya, di C’Wan Kupi, Ulee Kareng, Banda Aceh. Malam itu, dia mengisahkan tentang seni sastra dan seni tutur Aceh, seumpama seumapa, hikayat, nadham, dan berbagai seni sastra Aceh lainnya.

Medya Hus penuh semangat berkisah tentang seni tutur. Nada bicaranya santai dan isi yang disampaikannya penuh makna. Pengabdian laki-laki ini pada seni selalu sepenuh hati. Hampir setengah daripada umurnya itu dia habiskan dalam hal berseni, khususnya seni tutur.

Seni tutur merupakan salah satu seni yang ada di Aceh semenjak peradaban Islam bermuara di daerah yang dijuluki Serambi Makkah ini. Lalu kemudian, kalau kita mahu kembali lagi kepada dasar adanya seni tutur itu sendiri, di masa sebelum Islam, seni ini sudah ada.

“Dari dahulu kala, seni ini sudah ada, orang-orang jahiliyah saja sampai membuat lomba dalam hal seni tutur ini,” ujar Medya Hus.

Medya Hus mengulas ceritanya kembali pada tahun Gajah, 571 Masehi, kala rasul Muhammad SAW lahir ke dunia. Baginda Nabi dibawa oleh kakeknya Abdul Muthalib mengelilingi ka’bah seraya melantunkan beberapa bait syair, tentunya isi yang terkandung di dalam syair tersebut adalah doa, rasa syukur, nasehat, harapan dan segala kebaikan yang ada.

Adapun syair yang dituturkan oleh Abdul Muthalib di kala itu, yaitu; “Shalla ‘alaikallahu ya ‘adnani (rahmat Allah ta’ala untukmu cucu adnan). Ya mustafa ya shafwatarrahmani (wahai nabi pilihan Allah yang rahman). Alhamdulillahillazi ‘aktani (puja puji allah yang maha memberikan). Hazal ghulamu thayyibal adnani (cucu yang terbaik dan yang amat tampan).”

“Qad sada fil mahdi ‘alal ghilmani (sejak dari kecil menjadi pimpinan). U’izuhu bil baiti zil arkani (aku menjaganya berkat rahmat Tuhan). Hatta arahu balighal bunyani (kuperkenalkan padanya indahnya rumah Tuhan). Antal lazi sumita fil qur’ani (aamamu diabadikan di dalam Alquran). Ahmad maktub ‘alal jinani (Ahmad di dalam surga telah dilukiskan).

“Shalla ‘alaikallahu fil ahyani (rahmat Allah ta’ala untukmu sepenjang zaman). Ahmaduhu fissarra wal aghlani (aku menjunjungnya di setiap kesempatan). Haqqa ‘ala islami wal imani (sesuai ketentuan Islam dan iman). Ya rabbana bil mustafal adnani (kami memohon kepadamu ya Rahman, dengan keberkatan nabi pilihan). Ighfir zunubi summa ashlih sya’kni (mohon ampunan semua kesalahan mohon perbaikan semua urusan).

Setelah semua yang dilakukan kakeknya itu, baik di dalam dan di luar ka’bah baitullah selesai, maka Nabi pun dibawa kembali ke rumah oleh kakeknya sembari berkata kepada ibunya Siti Aminah, “Jagalah dirinya sebaik dan semampu mungkin dirimu menjaganya.”

© 2025 PT Haba Inter Media | All rights reserved.