Seni Pertunjukan Biola Aceh Mobmob dan Opera Barat dan Timur

July 26, 2022 - 11:59

Mobmob atau biola Aceh merupakan salah satu seni dari Aceh yang bersifat piyasan (pertunjukan hiburan) dan dimainkan tiga orang. Pertama, seorang syeh, dia turut memainkan biola. Kedua, linto, dan ketiga dara baro. Syeh, dalam hal ini juga bertindak sebagai ayah atau mertua. Ketiga-tiga pemain seni biola Aceh ini adalah laki-laki.

Setelah terhenti selama puluhan tahun, mobmob muncul kembali pada awal milenium kedua ini, sekira tahun 2005. Dialah Nyakman Lamjame, orang pertama yang memiliki andil memuculkan kembali seni yang telah dilupakan tersebut. Pemuda Gampong Paloh Raya, Krueng Mane, Aceh Utara, inilah yang mengumpulkan kembali tiga pelakon seni biola Aceh yang sudah lama, bahkan hampir tak ada yang hirau atas keberadaan mereka. Ketiganya adalah Syekh Kawi, Syekh Ghani (almarhum), dan Syekh Habibi.

“Setelah berbincang-bincang banyak hal mengenai seni biola Aceh dengan sekalian orang-orang tua kita dalam berbagai kesempatan, mereka menyambut baik itikad saya ini. Saya ingin sekali memperlihatkan lagi seni mobmob kepada masyarakat luas, khususnya masyarakat Aceh. Barulah kemudian saya mencari panggung untuk mereka,” ungkap Nyakman, Senin malam, 2 Mei 2022, di Kuta Meuligoe, Krueng Mane, Aceh Utara.   

Menurut cerita orang-orang tua, kata Nyakman, di masa lalu, pertunjukan mobmob diselenggarakan oleh kerajaan. Mereka menyukai mobmob. Jika memang hal demikian itu benar, maka mobmob sudah dikenal di Aceh berabad-abad lamanya. 

Cerita tersebut menyebutkan bahwa pada masa pendudukan Belanda, banyak orang yang sudah mampu memainkan biola Aceh ini. Namun, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa mobmob baru ada sekira tahun 1950-an Masehi. Karena itu, tentang kapan munculnya mobmob di Aceh perlu diteliti kembali.

Biola Aceh atau mobmob mengadopsi beberapa seni lain di dalamnya, di antaranya, yaitu seni tari, seni tarik suara, seni tutur, seni aksi, syair, musik, dan sebagainya. Maka setiap pertunjukannya itu menghabiskan waktu semalam suntuk. Begitulah setiap pertunjukan mobmob dilangsungkan.

Biasanya, panggung untuk pertunjukan mobmob dipersiapkan secara khusus. Panggung itu pun khusus untuk menampilkan para pelakon biola Aceh tersebut. Di atas panggung tidak boleh ada tampilan yang lain. Dari awal sampai selesai acara, yang ditampilkan hanya biola Aceh itu.

Begitulah orang-orang terdahulu membuat sebuah acara panggung. Mereka tidak pernah mencampur-baurkan tampilan antara beberapa jenis kesenian di dalam satu waktu. Dengan demikian, maka setiap seni yang ditampilkan membekas di benak sekalian penonton. 

“Kakek-nenek kita dulu, begitu dalam bertindak, segala hal yang mereka lakukan, tidak campur aduk. Mereka tidak mencampur-campurkan satu urusan dengan persoalan yang lain,” ujar Nyakman.

Ketika menyaksikan pertunjukan, para penonton itu bisa memusatkan perhatian terhadap gambaran-gambaran yang ditampilkan oleh para pemain. Dengan begitu, apa yang ditampilkan tesebut mampu dicerna dengan baik oleh para penonton dan melekat seketika di hati mereka. Setiap pertunjukan akan membekas di benak mereka. 

Seniman ataupun grup pemain mobmob berasal dari berbagai daerah yang ada di Aceh. Namun, sekarang, anggota grup yang ada berasal dari daerah pesisir Aceh seperti Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar, dan tempat lainnya. Meskipun para pemain mobmob berasal dari daerah berbeda-beda, aturan main tetap sama. Hanya ada sedikit perbedaan kecil pada gaya, yang mengikuti karakter pemain itu sendiri.

Nyakman memimpin grup mobmob Sanggar Meurak Jeumpa Aceh. Dia sudah bertahun-tahun lalu menggeluti dunia seni ini. Dari menggumpulkan data tentang seni mobmob, mencari para pemain (sisa pemain puluhan tahun lalu), sampai mencari rekanan untuk membuat pertujukan mobmob. Berkat usaha keras Nyakman Lamjame, hari ini pelaku seni mobmob bisa hadir di antara kita dan pertunjukan biola Aceh pun dapat dinikmati kembali oleh khalayak ramai. 

Karena rasa peduli yang tinggi dari Nyakman, maka seni tersebut bisa kita nikmati lagi sampai sekarang. Adapun para pemain mobmob yang ada sekarang adalah sisa pelakon masa silam, dan mereka semua berasal dari Aceh Utara.

“Semua yang ada dari Aceh Utara. Mereka ada yang dari Sawang, Nisam, Simpang Keuramat, Krueng Mane, dan sebagainya,” kata Nyakman, tentang anggota mobmob di bawah naungan Sanggar Meurak Jeumpa Aceh miliknya.

Di dalam pertunjukan mobmob, banyak berkisah tentang cerita rumah tangga, semua polemik yang ditampilkan merupakan gambaran, kejadian, persoalan-persoalan yang sering, umum terjadi di dalam bahtera rumah tangga. Umpama selisih paham, beda pendapat, adanya kecemburuan dan lain sebagainya antara suami dan istri. 

Peran ayah atau mertua yang diperankan oleh Syekh Kawi, itulah penengah. Dialah yang bertugas untuk menyelesainkan persoalan yang terjadi antara linto (diperankan oleh Syekh Habibi) dan dara baro (diperankan oleh Syekh Ghani) ketika keduanya berselisih pendapat. Tatkala keduanya melaporkan perselisihan itu kepada ayah atau mertua, maka tugas Syekh Kawi adalah mendamaikan.

Nyakman berkata, biola Aceh tersebut tidak kalah menariknya dengan seni opera, baik opera barat mahupun opera timur. Bahkan katanya, lebih menarik dan lebih spesifiknya mobmob yang kita warisi sekarang, karena isi yang terkandung di dalam mobmob banyak nasehatnya. Jika opera yang ada di barat mahupun timur, isinya itu hanya fokus pada seni suara, musik dan seni tari. Memang, di dunia barat opera punya grup dan tampil beramai-ramai juga di atas panggung, bahkan jumlah pelakonnya melebihi lima orang. Ada juga yang mencapai puluhan orang sekali tampil dan bukan hanya memakai biola. Berbeda halnya di Aceh, pemain mobmob cuma tiga orang.   

“Penyanyi pertama opera Barat adalah Luciano Pavarotti. Dia orang pertama yang bernyanyi di atas panggung Royal Opera House, London pada 12 Oktober 1935. Di tempat kita, siapa orang pertama yang tampil dan membawakan mobmob pada acara kerajaan, misalnya tahun berapa itu, siapa? Kita belum punya catatan pasti tentang itu,” ucap pria yang berlatar pendidikan bidang arsitektur ini.

“Indatu kita, meramu mobmob supaya menjadi demikian rupa, seperti kita ketahui bersama sekarang. Tidak hanya benyanyi, menari-nari saja, melainkan banyak seni lainnya yang terkandung di dalamnya. Indatu kita mempunyai maksud tertentu dengan meramu mobmob sedemikian rupa. Tugas kita bersama sekarang, marilah peduli dan menjaga warisan indatu tersebut,” kata Nyakman menutup percakapannya.   

Sementara itu, Nurlaila Hamjah, S.Sos., M.M, Kepala Bidang Bahasa Dan Seni Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Aceh, mengatakan, Pemerintah Aceh selalu mengupayakan pelestarian seni dan budaya. 

"Upaya-upaya dukungan pada dunia seni akan terus kita berikan. Siaran berita ini juga merupakan semua bentuk dukungan supaya pemikiran dari kalangan seniman dapat sampai kepada masyarakat," kata Nurlaila.

Catatan: 
Berita ini disiarkan atas kerja sama antara Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Aceh, Bidang Bahasa Dan Seni dengan Media - www.habadaily.com

© 2025 PT Haba Inter Media | All rights reserved.