Aceh Bireuen, Peninggalan Kerajaan Jeumpa Hingga Jejak Soekarno

March 22, 2022 - 20:40
Bireuen Tempat Wisata Sejarah Peninggalan Kerajaan Jeumpa Hingga Jejak Soekarno. FOTO. Arsip Habadaily.com

Kabupaten Bireuen memiliki sejumlah situs sejarah masa lalu, mulai masa Kerajaan Jeumpa sampai masa Kemerdekaan RI. Situs-situs tersebut mulai dijadikan destinasi wisata sejarah, termasuk Komplek Pendopo Bireuen yang pernah ditempati Presiden Soekarno dan sarat dengan kisah heroik perjuangan kemerdekaan.

Bagi wisatawan yang suka menelusuri jejak sejarah masa lalu, Kabupaten Bireuen layak dimasukkan dalam daftar kunjungan. Bergam situs sejarah dengan mudah bisa dijumpai di kabupaten berjuluk Kota Juang ini.

Destinasi wisata sejarah itu, antara lain beragam benda peninggalan Kerajaan Jeumpa di Blang Seupeung, Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Bireuen.

Dari berbagai catatan disebutkan, sebelum kedatangan Islam, penduduk di wilayah Kerajaan Jeumpa menganut agama lokal (animisme-dinamisme) yang dipimpin oleh seorang Meurah (maharaja). Sejak abad ke-7, Jeumpa telah menjalin hubungan dagang dengan China, India, dan negeri jazirah Arab.

Tak jauh dari pusat kota Bireuen, para wisatawan juga bisa melihat langsung bunker-bunker peninggalan Jepang di Puncak Teulaga Maneh. Secara administratif, kawasan ini berada di Kecamatan Kota Juang dan Kecamatan Juli.

Sesampai di sana, wisatawan bisa menikmati sensasi berlindung di gua-gua yang dijadikan benteng pertahanan di zaman perang. Di kawasan tersebut terdapat belasan bunker yang membelakangi laut, termasuk salah satu bunker yang memanjang seperti lorong bawah tanah.

Di kawasan lainnya, penikmat wisata sejarah yang bertandang ke Bireuen juga mendatangi gedung-gedung bersejarah yang pernah ditempati para Ampon Chiek (kepala daerah) di era Kerajaan Aceh. Satu di antaranya adalah bekas Istana Glumpang Dua yang berada di Keude Lapang, Kecamatan Gandapura, Kabupaten Bireuen. Istana ini merupakan hadiah Pemerintah Belanda untuk wedana (zelfbesturder) Glumpang Dua yang saat itu dipimpin oleh Teuku Bintara Istia Muda Peureudan.

Istana serupa yang pernah ditempati Ampon Chiek Peusangan juga terdapat di Kota Matangglumpangdua. Namun, gedung peninggalan sejarah di kota sate ini sudah dipugar dan dijadikan Aula Ampon Chiek Peusangan yang bisa digunakan untuk penyelanggaraan even-even besar.
Sementara di pusat Kota Bireuen sendiri terdapat gedung meuligoe berusia ratusan tahun yang kemudian dijadikan Pendopo Bupati Bireuen. Bangunan ini pernah ditempati Presiden Soekarno selama dua hari, tepatnya tanggal 17-18 Juni 1948. Saat itu, Soekarno datang pada sore hari 17 Juni 1948 dan disambut Komandan Divisi X Tentara Republik Indonesia Kolonel Husin Yusuf serta Gubernur Militer Aceh, Langkat, dan Tanah Karo, Jenderal Mayor Tengku Muhammad Daud Beureueh.

Malam harinya, Soekarno memimpin rapat akbar di Lapangan Cot Gapu, Bireuen, yang dihadiri ribuan pejuang dan masyarakat sipil dari Bireuen, Aceh Utara, Aceh Tengah, dan Kabupaten Pidie. Soekarno hadir membangkitkan semangat perjuangan militer dan sipil untuk menghadapi agresi militer Belanda kala itu.

Bangunan Meuligo ini dibangun diatas tahun 1934. Hal ini diketahui berdasarkan Surat Keputusan Vander Guevernement General Van Nederland Indie tanggal 7 September 1934.

Belum lama ini atau tepatnya pada Senin (20/12/2021) malam, Pendopo Bupati Bireuen tersebut ditetapkan dan diresmikan menjadi Museum dan Cagar Budaya Bireuen. 

Peresmian dilakukan Bupati Bireuen Dr H Muzakkar  A Gani SH Msi, dihadiri para pendiri Bireuen, unsur Forkopimda, tokoh agama, tokoh adat, ketua DKA Bireuen, tokoh pendidikan, para camat dan ratusan undangan lainnya.

Prosesi penetapan tersebut dilakukan Bupati Bireuen dengan menandatangani prasasti, membuka selubung papan nama, pemotongan pita pintu masuk, serta kunjungan ke dalam Pendopo oleh Forkopimda dan pihak terkait lainnya.

"Atas nama masyarakat dan Pemkab Bireuen, saya sangat mengapresiasi dan penghargaan setinggi-tingginya atas diresmikannya Pendopo Bupati Bireuen menjadi museum, nantinya akan ikut menjadi cagar budaya," ujar Bupati Bireuen.

Dikatakannya, museum merupakan media yang universal untuk pelestarian warisan budaya, wahana pembelajaran masyarakat, serta objek wisata yang edukatif. “Melestarikan kebudayaan juga sebagai upaya dalam menarik.banyak wisata yang datang, bahkan dapat menimbulkan dampak positif dalam pembangunan,” kata Muzakkar.

Bangunan monumental ini diharapkan dapat menjadi tempat untuk mengenang perjuangan para pahlawan bangsa dalam merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Meuligoe ini juga menjadi landmark dari Kabupaten Bireuen, mengingat sejarahnya dalam mempertahankan kemerdekaan Negara Republik Indonesia, terbukti dari bergeloranya radio Rimba Raya pada masa Agresi Belanda.

“Penetapan kompleks Pendopo Bupati Bireuen.sebagai bangunan dan lingkungan cagar budaya, sesuai keputusan Bupati.Bireuen Nomor 651 Tahun 2020,” kata Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Bireuen Muhammad Al Muttaqin SPd MPd. 

Di lokasi museum dan cagar budaya ini, para wisatawan akan mendapat penjelasan tentang keberadaan Soekarno saat tinggal di sana, serta berkesempat untuk berbaring di ranjang yang pernah menjadi tempat tidur Sang Proklamator saat bermalam di Kota Juang.

Selain itu, pengunjung juga akan dibuat terkesima dengan benda-benda peninggalan sejarah yang menjadi koleksi Museum dan Cagar Budaya Bireuen ini.

Dipastikan, wisatawan yang berkunjung ke Kota Juang akan mendapatkan pengalaman dann kesan tersendiri yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Apalagi setelah menelusuri jejak masa lalu, kota ini juga beragam sensasi kuliner yang cocok dengan lidah masyarakat Indonesia.[*]

© 2025 PT Haba Inter Media | All rights reserved.